Rabu, 07 Desember 2011


Jenis-jenis Kaligrafi


Gaya Kaligrafi Kufi: 1. Kufi
Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral.
Gaya Kaligrafi Tsuluts: 2. Tsuluts

Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
Gaya Kaligfari Naskhi:3. Naskhi

Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca.
Gaya Kaligfrafi Riq’ah: 4. Riq’ah 

Kaligrafi gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
Gaya Kaligrafi Raihani.:5. Ijazah (Raihani) 

Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab).
Gaya Kaligrafi Diwani: 6. Diwani 

Gaya kaligrafi Diwani ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
Gaya Kaligrafi Diwani Jali: 7. Diwani Jali


Kaligrafi gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah.. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias.
Gaya Kaligrafi Farisis: 8. Farisi

Seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.
Gaya Kaligrafi Moalla: 9. Moalla

Walaupun belum cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Meski tidak begitu terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran.

Jumat, 02 Desember 2011

RENUNGAN CINTAKU


Bersaksi cinta diatas cinta
Dalam alunan tasbih ku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman dimalam sunyi penuh do'a

Sebut nama Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman

Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjukmu
satu nama teman setia
Naluriku berkata

Dipenantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
^_^

SEANDAINYA…LELAKI TAHU…

Andai lelaki tahu,dalam hati seorang perempuan 
ada naluri untuk disayangi..
ada rasa untuk diberi perhatian..
ada rasa untuk didengari keluh kesahnya..
ada waktu-waktu minta ditemani kesedihannya.
andainya lelaki tahu,rajuk seorang perempuan minta dibujuk.
marah seorang perempuan perlu didekati.
sedih seorang perempuan harus didengari..
gembira seorang perempuan ingin disayangi..
andainya lelaki tahu...
disebalik seribu satu rasa itu,
ada sekeping hati nan lembut......
bukan untuk dimanjai.
bukan juga untuk didatangi bagai minyak yang penuh..
hanya perlu sedikit perhatian..
agar rasa kasih itu terus wujud walau disaat jauh...
karena andai lelaki tahu..
hati ini akan senantiasa bertanya.
pada diri seorang perempuan..
wujudkah cinta itu di hati lelaki??
bila disaat jauh tanpa perkhabaran??
sayangilah seseorang itu atas dasar siapa dirinya sekarang...
bukan atas dasar siapa dirinya sebelum ini..
cintailah seseorang itu karena hatinya..
bukan paras rupa semata…
^_^


CINTA ITU…

cinta itu cahaya sanubari
kurniaan Tuhan fitrah insani
dan di mana terciptalah cinta
di situ rindu bermula

cinta itu tak pernah meminta
tetapi memberi sepenuh rela
rasa bahagia biarpun sengsara
berkorban segala-gala

semua karena cinta
yang pahit manis di rasa
menghibur nestapa
merawat duka
damai di jiwa
terpadamlah api benci permusuhan
terjalinlah kasih sayang begitulah cinta
yang diidamkan tanpa nafsu yang mencemarkan

dan jangan kita pula
karena bercinta kita pun luka
dan jangan pula karena bercinta
tergadai semua marwah agama

cinta yang sejati
hanya cintakan illahi
cinta ayah bunda
tulus suci selamanya
cintakan saudara

hanya sementara
serta sesama insan
suburkan dengan ketaqwaan..
^_^

Rabu, 30 November 2011


AL-QUR’AN   ITU  INDAH
          Kita orang  islam,mempunyai  kitab Al-Qur’an  untuk panutan kita di dunia dan di akhirat.. Maka tak ada jalan lagi kecuali kembali kepada petunjuk hidup manusia. Bersyukurlah bahwa kita mempunyai kitab yang indah yaitu Al-Qur’an.. Mau apalagi manusia kalau tidak mau menyandarkan diri di kehidupannya kepada Al-Qur’an. Apakah kita merasa tahu tentang kebutuhan ruhani kita tanpa melihat Al-Qur’an? Apakah benar dengan kita memburu kehidupan duniasebanyak-banyaknya,kebutuhan ruhani kita dapat terpenuhi ? siapapun tak ada yang bisa menjelaskan secara lengkap kecuali Sang Maha Pencipta  ruhani itu sendiri yaitu Alloh SWT.
Dan beruntunglah, alloh menciptakan kita sekaligus menurunkan Al-Qur’an untuk menuntun kita bagaimana hal-hal kehidupan manusia dengan selamat didunia maupun di akhiratnya kelak. Alloh berfirman :“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-a’raf:52)
          Dalam ayat tersebut, Alloh menegaskan untuk meyakinkan manusia tentang kebenaran dan kepastian petunjuk yang ada dalam Al-Qu’an. Dan juga bermakna tentang adanya sesuatu yang belum difahami oleh manusia tentang hidup kecuali dengan mendatangi dan memahami tentang Al-Qur’an. Marilah kita nikmati itu semua, bahwa kita mempunyai Al-Qur’an. Kata-kata Tuhan tak ada satupun buku yang dapat menyamainya. Al-Qur’an itu agung, sampai-sampai gunungpun akan bergoncang seandainya telah mendapat amanah dari Al-Qur’an. Alloh berfirman : “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat di goncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara,(tentulah Al-Qur’an itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Alloh. ”(QS.Ar Ra’du :31).
          Tapi,, Apakah benar kita mempunyai Al-Qur’an ?.. kalau memang benar iya, mari kita tunjukkkan kalau kita memang mempunyai Al-Qur’an, maka bacalah dan resapilah.. jangan malah engkau “mendiamkannya”.. dan kalau bisa “Berbicaralah” dengannya,lalukanlah apa-apa yang telah di anjurkan bila engkau mampu. Mudah-mudahan Alloh memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita semua...Amieen...:-)      

Senin, 28 November 2011

Berbagai siaran yang merusak moral
1.     Segala sesuatunya kini telah berbalik, yang benar dikatakan salah, yang salah dikatakan sebagai kebenaran. Dasar-dasar agamapun diputarbalikkan oleh segelintir orang yang sesat dan menyesatkan.
2.   
 
3.     وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raaf 96)
*Dari media elektronik kita jumpai segala macam kerusakan moral. Mulai dari iklan-iklan yang sebenarnya tidak sesuai kenyataan digelontorkan terus-menerus agar diaggap benar adanya. Ada pula film-film seronok serta sinetron yang merusak moral yang gencar diproduksi karena menghasilkan laba dan rating. Akhirnya masyarakat dipaksa untuk lembek dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah

“Akan tiba saatnya di akhir zaman orang-orang Islam yang ahli ibadah bodoh-bodoh sedangkan pemimpinnya orang-orang fasik”. (HR Baihaqi)